1. JALAN CARI TUHAN
Saya masih ingat pada kunjungan yang pertama disebuah kebun di Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia. Ketika kami berada pada jalan yang sangat lurus dan menjulang tajam, sebelum saya bertanya bahwa Manager Kebun menyampaikan kepada saya, "Pak, ini jalan cari Tuhan." Melihat reaksi saya sangat menherankan, GM (General Manager) yang mendampingi menyatakan bahwa jalan itu seperti menuju jalan ke sorga dimana Tuhan akan ditemukan disana. Kemudian dia jelaskan kepada saya bahwa sewaktu jalan ini dibuat berada dibawah pengawasan seorang Asisten Lapangan yang tidak berpengalaman, yang hanya mengikuti pola blok bersegi empat atau berbentuk bujur sangkar.
Bagi saya bentuk jalan seperti itu bukanlah suatu hal yang baru. Ketika saya dimutasi ke suatu kebun kelapa sawit, Morisem Estate, di Sabah, Malaysia, pada bulan Desember 1988 dan saya dibawa berkeliling kebun pada hari pertama, saya melihat sebuah alat berat bulldoser yang digunakan untuk menarik sebuah mobil trailer bermuatan TBS (Tandan Buah Segar) pada setiap jalan yang menjulang tajam. Nampaknya bila musim kemarau akan tiba, kami harus membuat banyak jalan memutar untuk mengatasi bagian jalan berbukit yang lebih menjulang tajam. Kalau tidak, evakuasi TBS diareal bukit menjadi sebuah pekerjaan yang berat untuk tim manajemen kebun jika jalan-jalan diareal bukit tidak dibangun sebagaimana mestinya.
Pada tahun 1993, saya memberi arahan kepada Asisten Lapangan saya yang bertanggung jawab dalam penanaman kembali (replanting) di Segamat Estate, Johor, Malaysia, agar dia langsung duduk disamping operator traktor ketika memancang jalan di areal bukit. Instruksi diberikan kepadanya agar teras yang dibangun disepanjang garis batas atau kontur dapat dibuat untuk menghindari jalan baru terjadi menjulang tajam. Setelah bentuk jalan dibuat, kami biasanya berjalan kaki bersama-sama melakukan pemeriksaan dan memeriksa kembali untuk memastikan pekerjaan itu sudah selesai dan aman dilalui oleh alat berat traktor atau transport lain ketika mengangkut pupuk, air, dan TBS pada saat TM (Tanaman Menghasilkan).
2. G M G H ( GAJAH MASUK GAJAH HILANG )
GMGH adalah istilah yang tidak biasa yang saya dengar dari Manager Kebun saya, inilah yang pertama sekali,ketika berjalan kaki memasuki blok kebun dilapangan yang sedikit agak jauh dari pinggir jalan. Ketika Manager Kebun itu melihat saya dengan berkedip, dia kemudian dengan nada malu mengatakan, "Gajah Masuk Gajah Hilang, Pak." Kemudian saya menyadari apa yang dia maksud yaitu bila gajah masuk dapat hilang karena kondisi blok tersebut sangat kacau, penuh dengan gulma, tumbuhan menjalar, anak kayu yang tinggi. Ya, nampaknya banyak pembersihan yang harus dilakukan setelah kunjungan itu.
Masalah kebun seperti diatas juga ada ditemukan di kebun kami di Malaysia karena secara nyata lalai melakukan pengawasan dan kurang kontrol. Pada masa lalu kami biasanya menjadikan lelucon untuk kebun yang banyak lalang diantara para manager jika membiarkan lalang tidak disemprot bahwa harimau pun boleh hilang sebab harimau akan bersembunyi didalam lalang yang tinggi dan tidak akan nampak sama sekali.
3. ANDA DAPAT MELAKUKAN LEBIH BAIK DARI YANG SUDAH DILAKUKAN
Seorang Manager Kebun mencoba menyombongkan diri tentang hasil panen dan pengendalian biaya yang dicapainya selama rapat manajemen bulanan. Agar supaya manager itu tidak egois maka saya katakan secara diplomatis. "Apa yang kamu capai sudah baik tetapi Anda harus berusaha mencapai lebih baik lagi!"
Dalam manajemen kebun selalu ada jalan untuk perbaikan. Saya selalu menyemangati tim manajemen kebun saya, "Tidak cukup dengan hanya bagus. Coba yang lebih baik. Capai yang paling baik!".
Sangat sering kita merasa bahwa kita telah melakukan suatu pekerjaan dengan baik setelah kita laksanakan apa yang telah diperintahkan. Akan tetapi, itu belum cukup baik. Sebenarnya kita dapat melakukan lebih baik daripada apa yang telah kita capai. Hal-hal yang dicapai seperti diatas sesungguhnya hanyalah suatu keberhasilan kecil saja. Seseorang harus menyelesaikan banyak keberhasilan kecil agar dapat mencapai keberhasilan yang lebih besar. Ikuti peraturan, selangkah demi selangkah, maka Anda akan menaiki tangga keberhasilan. Akhirnya, kita ingin melihat satu sama lain berada dipuncak keberhasilan dan sukses!
Untuk seorang Asisten Lapangan yang ingin meningkatkan jalur karirnya agar bisa dipromosikan menjadi seorang EM (Estate Manager), GM (General Manager), ED (Executive Director) dan MD (Managing Director), maka Asisten Lapangan perlu memiliki sikap mental seorang atlit yang selalu latihan keras dan berlomba tidak hanya memenangkan sebuah perlombaan tetapi juga berusaha untuk memecahkan sebuah rekor kejuaraan baru.
Seorang atlit yang menyelesaikan perlombaan diurutan ke3 tidak akan meningkat prestasinya jika atlik tersebut terus merasa puas dengan posisi yang dia peroleh. Banyak tentang hal lain juga , barangkali perolehan seperti itu hanya baik buat mereka. Bagaimanapun, jika atlit mengetahui bahwa dia dapat melakukan lebih baik, dia akan terus berlatih untuk meningkatkan staminanya dan kemampuan berlari dalam menyelesaikan sebuah perlombaan dan mendapatkan posisi yang lebih baik dan bukan hanya posisi ke 3 pada perlombaan berikutnya. Dengan sikap mental positip seperti itu , bahkan ketika atlit memenangkan posisi ke 2, dia sudah pasti berusaha dengan sekuat tenaga dan tekad bulat untuk memenangkan perlombaan berikutnya dan mendapatkan posisi ke 1.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Sepenggal catatan adalah merupakan sebuah catatan lepas tetapi penuh arti karena ditulis berdasarkan pengalaman nyata dari seorang "planters" . Sebagai seorang "new comer" ataupun yang berkecimpung di dunia perkebunan maka catatan dimaksud boleh dijadikan pedoman dalam mengelola bisnis ataupun untuk peningkatan karir seseorang.
Triyanto (Petani Sawit Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah):
Kepuasan kerja di kebun kelapa sawit umumnya meliputi 2 aspek, yaitu salary dan kepuasan kalau tanaman yang kita tanam berproduksi secara maksimal.
Untuk yang pertama, itu sifatnya relatif dan akan terasa indah kalau salary kita dapat memenuhi kebutuhan pokok kita (basic needs), sedangkan yang kedua, kepuasan akan hasil jerih payah kita dalam menanam kelapa sawit hingga menghasilkan dengan maksimal, merupakan kepuasan yang tidak terhingga.
Di perusahaan kelapa sawit sering kita merasa bahwa jerih payah kita dalam proses perjalanan pembangunan kebun, kadang-kadang kurang dihargai oleh pemilik perusahaan atau orang lain setelah tanaman yang kita tanam menghasilkan, seolah2 proses penanaman hingga panen adalah suatu proses yang biasa (asal ada dana, semuanya pasti beres kata mereka). Oleh karena itu pengalaman ini hendaknya mengingatkan kita bahwa kepuasan kita janganlah diidentikkan dengan kepuasan orang lain. Lupakan janji-janji muluk pemilik saat mulai proyek dulu atau pada saat susah-susahnya.....
Sebagai seorang "planter" kita harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki cita2 setinggi langit. Barometer atau benchmark karir seorang planter nantinya akan jadi EM, GM, COO bahkan CEO janganlah dijadikan harga mati. Ada kepuasan lain, atau kenaikan peringkat lain yang membuat seorang planter itu dikatakan sukses. Planter yang sukses seperti ini umumnya disegani oleh pihak lain, atau akan menjadi planter yang "low profile with high salary" di bidangnya.
Planter sejati, sesuai dengan diagram Maslow, akan merasa bahagia jika dapat meng-aktualisasi-kan diri di bidangnya. Hukum alam, hukum matematika, hukum kesetimbangan energi dan hukum apapun akan memihak pada kesimpulan bahwa Penghargaan dari pihak lain suatu saat akan datang, yang penting kita telah mendahulukan "jeneng (nama)" daripada "jenang (penghasilan)".
Salam dari pondok saya, ladang kelapa sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Post a Comment