Friday, June 13, 2008

BURUNG HIDUP ATAU BURUNG MATI?

Masih segar dalam ingatan saya pada tahun 1991 ketika saya melakukan perjalanan pulang ke Kebun Swee Lam di Kulai, Johor, Malaysia, saya ada mendengarkan siaran radio di dalam mobil suatu kalimat yang indah disampaikan oleh seorang DJ. Kalimat itu adalah seperti ini, “ Kebijaksanaan timbul dari pengalaman, dan pengalaman didapat sejalan dengan bertambahnya usia”. Seberapa benar pernyataan tersebut !

Ada satu ceritra yang biasanya saya sampaikan kepada Asisten Kebun ketika saya sebagai Manajer Kebun di IOI Corporation Berhad. Saya ingin berbagi dengan para pembaca yang budiman.

Pada satu ketika ada seorang pemuda yang baru tamat sarjana di desa kecil. Pemuda itu menjadi sombong dan licik, dan berpikir bahwa dia yang paling bijak diantara saudara-saudaranya di desanya itu. Lalu kakak pemuda itu mengatakan bahwa ada seorang orangtua yang bijak tinggal di atas bukit. Merasa terganggu dan frustrasi karena ucapan kakaknya, maka si pemuda itupun bersama temannya naik keatas bukit menemui si orangtua itu. Sesampai diatas bukit dia tantang si orangtua itu sambil menggenggam ditangannya seekor burung kecil dan ditaruh dibalik punggungnya. Dengan pongahnya si pemuda itu berkata, “ Hai orangtua. Apakah burung yang saya genggam ditangan dibalik punggung saya ini seekor burung hidup atau seekor burung mati?

Nah, andaikan posisi Anda adalah sebagai orang tua yang bijak tadi, jawaban apa yang akan Anda berikan kepada pemuda itu ? Jika Anda menjawab burung itu masih hidup, maka pemuda itu akan meremas burung kecil itu sampai mati. Jika Anda mengatakan burung itu sudah mati, maka dia akan membuka genggaman tangannya dan membiarkan burung itu sampai terbang didepan mata Anda.

Pemuda tersebut paham bahwa dia tidak perduli dengan jawaban yang akan diberikan oleh orangtua itu kerana jawapan “Hidup” atau “Mati” akan salah. Oleh demikian, dia berpikir bahwa dia akan dapat membuktikan dirinya yang paling bijak daripada orangtua itu dan memproklamirkan dirinya sebagai orang bijak baru di desa itu.

Mari kita simak apa yang akan disampaikan oleh orangtua yang bijak tersebut. “Anak muda, apakah burung itu hidup atau mati adalah tidak penting kerana keputusannya ada ditangan Anda. Hanya Anda yang bisa menentukan burung itu hidup atau mati. Silahkan putuskan sendiri.

Apakah begitu juga dengan jalur karir kita sebagai seorang “planter” atau pun apa profesi juga? Kita bisa berkarir sampai jabatan puncak atau tidak adalah tergantung pada kemauan kerja keras kita sendiri dan berkomitmen.

Burung hidup menggambarkan harapan dan keberhasilan. Jika ada harapan akan ada keberhasilan. Terserah Anda untuk mencari dan mengembangkan potensinya dan selalu komit menuju puncak tangga kesuksesan. Semua pilihan ada ditangan Anda. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan bekerja dengan bijak. Jauhkan pikiran negatif terhadap teman dan kolega Anda. Katakan bahwa pikiran negatif adalah ibarat burung mati.

Jangan pernah menguji atasan Anda dan membuktikannya salah. Itu adalah kesalahan besar dalam hidup. Dalam bisnis, pelanggan selalu benar. Tetapi dalam dunia perkerjaanan, bos selalu benar. Anda harus paham, bahwa kepemilikan membuat berbeda. Seorang pemilik bukanlah seorang pengamat tetapi adalah seorang pemilik modal. Kita sebagai “planter” adalah sebagai orang yang makan gaji. Jangan bertingkah laku seperti seorang anak muda yang sombong dan tinggi hati. Dengan kesombongan yang berlebihan si pemuda itu tampaknya seperti seorang yang bijak padahal sebenarnya dia bukan seorang yang bijaksana.

Saya selalu ingat dengan Mr.Chong Tong Soo yang telah mendidik saya. Dia adalah Visiting Manager ( VM ) saya ketika saya dimutasi ke Kebun Mekassar dari Kebun Pukin tahun 1985 setelah diakuisisi oleh IOI Corporation Berhard. Saya terus bekerja di perusahaan itu karena semua pekerjaan terus berlanjut. Mr.Chong melakukan kunjungan mingguan secara teratur ke Kebun sesuai jadwal. Beliau mengatakan kepada saya, “ jika Anda tidak paham silakan bertanya, dan jika Anda tidak bertanya berarti Anda sudah paham. Nanti kalau Anda punya masalah harus bisa Anda tangani sebab Andalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab di Kebun ini.” Sekarang saya teruskan mengulangi kata-kata bijak ini kepada Manager dan Asisten Kebun ketika saya melakukan kunjungan rutin.

Ketika Anda telah mempelajari cara mengendalikan dan menangani kebun dengan baik, maka Anda akan berani menghadapi tantangan yang akan Anda hadapi tanpa rasa takut. Mr.Lim King Hian selalu mengingatkan saya ketika dia melakukan kunjungan bulanan ke Kebun Mekassar sebagai Senior Manager (SM). “Mengapa Anda begitu kuatir jika Bos besar melakukan kunjungan ke sini? Anda harus menghargai Executive Chairman (EC) kita yang masih menyempatkan diri sering datang ke kebun Anda. Anda harus membuang semua ketakutan itu. Kerjakan saja pekerjaan Anda sebagaimana mestinya. Bukankah lebih baik untuk Anda bahwa semakin bos sering datang dan semakin dilihatnya kemajuan yang Anda kerjakan di kebun?

Kata-kata pendorong semangat dari senior atau atasan selalu dapat memotivasi kita berkinerja unggul dan pada akhirnya membuat kita menjadi “ Staf yang lebih unggul”. Selama kita mau mendengarkan nasehat dan mau menerima instruksi dari senior, kita akan dapat menimbah pengalaman mereka dan pengalaman kita sendiripun akan semakin berambah-tambah sepanjang tahun.

Bukankah benar bahwa” Kebijaksanaan timbul dari pengalaman, dan pengalaman didapat sejalan dengan bertambahnya usia?

4 comments:

Anonymous said...

Slogan " Kebijaksanaan timbul dari pengalaman, dan pengalaman didapat sejalan dengan bertambahnya usia". ada benarannya jika dalam sepanjang perjalanan hidup kita mau melakukan:

1. Merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik dimulai dari yang terkecil, dari diri kita sendiri dan dari sekarang (ucapan DAI KONDANG AAGYM)

2. Melakukan perubahan dari setiap kesalahan yang pernah kita lakukan maupun yang dilakukan orang lain
kepada kita

3. Empati terhadap sesama.

Jika sepanjang hidup kita tidak pernah mau melakukan perubahan ke arah yang positif maka bertambahnya usia akan membuat seseorang menjadi "AROGAN", akhirnya EGOIS tidak ada rasa EMPATI, akhirnya semua yang disampaikannya seolah-olah benar adanya.

Anonymous said...

Artikel ini membicarakan bukan hanya tentang burung hidup atau burung mati semata tetapi lebih kepada masalah kebijakan.

Kebijakan ada pada diri kita sejalan dengan bertambahnya usia. Bagaimana dengan Anda ? TQ

Anonymous said...

Kebebasan untuk MEMILIH merupakan karunia Tuhan yang luar biasa untuk kita. Seperti yang disampaikan oleh DD. Eisenhower bahwa Sejarah orang bebas tidak pernah ditulis secara kebetulan. Sejarah itu ditulis dengan pilihan-- pilihan mereka sendiri.

Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri melalui pilihan-pilihan yang akan ditentukannya dalam hidup ini. Manusia memiliki kemampuan untuk bertindak, sementara binatang atau mesin hanya merespon rangsangan dari luar. Manusia dikarunia kemampuan untuk memilih berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. Kemampuan kita untuk menentukan arah kehidupan, akan sangat membantu kita untuk kembali ke jalur yang benar apabila kita “tersesat” dalam hidup ini, atau bahkan “mengubah” masa depan kita maupun mempengaruhi ciptaan lainnya di muka bumi ini. Dengan kemampuan kita dalam menentukan pilihan, maka hal ini akan sangat mempengaruhi kita dalam memanfaatkan karunia-karunia lainnya dari sang Pencipta. Sehingga kita bisa “menciptakan” masa depan kita yang lebih baik.

Anonymous said...

Sungguh tulisan ini menggugah kita. Cuma bagi yang merasa dirinya masih muda jangan pessimis dengan Kalimat "Kebijaksanaan timbul dari pengalaman dan pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia".

Karena dengan menyimak pengalaman orang lain yang tua-tua bisa diadopsi menjadi seolah olah pengalaman kita. Burung itu mati atau hidup terletak di tangan dia yang memegang burung. Mau menjadi "bijaksana" atau "tidak bijaksana" apakah juga tidak terletak ditangan kita...? atau haruskah kita menunggu sampai mempunyai banyak pengalaman yang dengan sendirinya setelah berusia lanjut...?