Emily menjawab, "Anda harus menghargai aku sebab kamu telah mengawini aku. Jika tidak dia yang menjadi milioner dan bukan Anda.”
Nah. Jika kita selalu lupa akan saling harga-menghargai, kita boleh omong apa saja tanpa mempertimbangkan perkataan kita yang akan menyakiti orang lain. Banyak hubungan baik bisa diputuskan karena perkataan yang salah. Jika sudah saling menyakiti berarti itu suatu pertanda menanamkan bibit perpecahan. Itu tak ubanya seperti telur pecah, tidak dapat dikembalikan seperti semula.
Untuk berbagi …
Perkataan dapat menyembuhkan dan dapat pula menyakiti. Menyampaikan kata-kata yang tepat akan memperbaiki hubungan silatuhrami yang lebih baik. Sebaliknya, berkata yang salah akan menyakiti perasaan orang lain dan mengakibatkan hubungan silatuhrami terasa masam. Dan hubungan itupun semakin lebih buruk jika orang lain memiliki sikap “selalu mau menang”. Apabila seseorang tidak mau diusik, responnya tentu aja akan membalas kembali, sekeras-kerasnya.
Pepatah Cina mengatakan, “病從口入, 楇從口出 Penyakit masuk kedalam mulut , dan permasalahan juga keluar dari mulut kita”. Ketika kita makan makanan yang kotor, berarti salah makan dan mengakibatkan sakit diare. Dan jika kita berkata kotor, kita akan mencari masalah.
Jika kita berkata perkataan yang tidak enak untuk menyakiti orang, menyampaikan perkataan bohong, kabar angin, ceritra dari mulut ke mulut, pasti merusak hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya , perkataan yang baik akan menyembuhkan, dan memberi semangat hidup dengan motivasi dan bahkan lebih memperbaiki hubungan sama orang lain.
Ketika pasangan suami isteri selalu menjaga perkataanya, saling pengertian dan menghargai, saling mengasihi, maka mereka akan lebih senang dan hidup lebih bahagia.
Seberapa benar pernyataan itu, “perkataan yang baik menggembirakan” dan “perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang” sebagaimana tertulis dalam Kitab Injil Amsal 12:25 & 16:24.