Tuesday, July 8, 2008

PERKATAAN


Emily dan suaminya yang milioner berkunjung kelokasi kontruksi perusahaan mereka. Seorang karyawan memakai helm keamanan ditempat kerja setelah melihat Emily langsung berteriak, “Hai, Emily! Apakah masih ingat dengan aku? Kita pernah berpacaran di sekolah SMP.”

Dalam perjalanan pulang ke rumah, suaminya yang milioner itu mengomeli Emily, “Beruntung sekali Anda kawin dengan aku. Jika tidak Anda akan menjadi isteri dari kuli bangunan itu.”

Emily menjawab, "Anda harus menghargai aku sebab kamu telah mengawini aku. Jika tidak dia yang menjadi milioner dan bukan Anda.”

Nah. Jika kita selalu lupa akan saling harga-menghargai, kita boleh omong apa saja tanpa mempertimbangkan perkataan kita yang akan menyakiti orang lain. Banyak hubungan baik bisa diputuskan karena perkataan yang salah. Jika sudah saling menyakiti berarti itu suatu pertanda menanamkan bibit perpecahan. Itu tak ubanya seperti telur pecah, tidak dapat dikembalikan seperti semula.

Untuk berbagi …

Perkataan dapat menyembuhkan dan dapat pula menyakiti. Menyampaikan kata-kata yang tepat akan memperbaiki hubungan silatuhrami yang lebih baik. Sebaliknya, berkata yang salah akan menyakiti perasaan orang lain dan mengakibatkan hubungan silatuhrami terasa masam. Dan hubungan itupun semakin lebih buruk jika orang lain memiliki sikap “selalu mau menang”. Apabila seseorang tidak mau diusik, responnya tentu aja akan membalas kembali, sekeras-kerasnya.

Pepatah Cina mengatakan, “病從口入, 楇從口出 Penyakit masuk kedalam mulut , dan permasalahan juga keluar dari mulut kita”. Ketika kita makan makanan yang kotor, berarti salah makan dan mengakibatkan sakit diare. Dan jika kita berkata kotor, kita akan mencari masalah.

Jika kita berkata perkataan yang tidak enak untuk menyakiti orang, menyampaikan perkataan bohong, kabar angin, ceritra dari mulut ke mulut, pasti merusak hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya , perkataan yang baik akan menyembuhkan, dan memberi semangat hidup dengan motivasi dan bahkan lebih memperbaiki hubungan sama orang lain.

Ketika pasangan suami isteri selalu menjaga perkataanya, saling pengertian dan menghargai, saling mengasihi, maka mereka akan lebih senang dan hidup lebih bahagia.

Seberapa benar pernyataan itu, “perkataan yang baik menggembirakan” dan “perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang” sebagaimana tertulis dalam Kitab Injil Amsal 12:25 & 16:24.

5 comments:

Anonymous said...

Perkataan dapat membuat damai dan damai itu indah maka ungkapkanlah kata yang mendamaikan hati.

Artikel yang memberkati pembacanya.

Anonymous said...

Saya juga pernah denger cerita berikut:

Seorang Pendeta sakit, lalu mendatangi dokter buat periksa.

Ketika dokter minta pendeta itu menjulurkan lidah buat dilihat oleh dokter, pendeta itu bertanya ke dokter, apa yang bisa diperiksa dari lidah.

Sang dokter menjawab " Sehat tidaknya seseorang dapat dilihat dari lidahnya, Jika lidahnya tidak sehat, maka orangnya tidak sehat, jika lidahnya sehat maka orangnya juga sehat".

Sambil ngobrol-ngobrol, sang dokter juga bertanya ke Pendeta bagaimana kita bisa menentukan orang hidupnya itu bahagia atau tidak.

Sang Pendeta menjawab " Lihat saja dari lidahnya ".

Sang dokter langsung bertanya dengan nada yang kurang senang " Apa hubungannya lidah dengan orang bahagia atau tidak?" Apa Pendeta sengaja bercanda dengan dirinya.

Sang Pendeta menjawab, "jika kata-kata yang keluar dari lidah adalah kata-kata yang tidak baik, kasar dan tidak enak didengar maka dapat dipastikan orangnya juga hidupnya akan susah, tidak ada kegembiraan, akan tetapi jika kata-kata keluar dari lidah adalah kata-kata yang baik dan indah, maka orang tersebut kehidupannya juga pasti akan berbahagia."

Karena itu kita harus menjaga kata-kata yang diucapkan oleh lidah kita.

Anonymous said...

Menurut pendapat saya kalau berbicara adalah mutlak harus saling harga menghargai, tetapi ketika ini dijumpai dalam praktek sungguh sulit sekali menjaga perkataan. Benar bukan ?

Anonymous said...

Ada pepatah orang Inggeris mengatakan: “Look befor you leap”; Orang Indonesia bilang: “Pikir dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna”, Orang Batak bilang: Jolo nidilat bibit asa dihatahon = Terlebih dahulu olesi bibir dengan lidah, baru bicara”.

Ketiga ungkapan dalam bahasa yang berbeda ini mengisyaratkan pikiran (atas)/otak bekerja, barulah berbicara/mulut mengungkapkannya. Semuanya bertujuan: agar hidup lebih harmonis.

Bagi saya yang penting ada dua kata: “Balance & Harmony,ini akan tercipta, salah satu caranya adalah: Berpikir dahulu baru berbicara. Horas!!!!

Anonymous said...

Memang sangat sulit untuk berbicara saling menghargai dan tidak saling menyalahkan baik dalam keadaan sedang tidak ada persoalan apalagi sedang dalam keadaan ada masalah. Hal seperti ini sudah dilakukan oleh Adam (Kej 3:11-12) dimana dia telah menyalahkan Allah dan Hawa sekali gus. Tetapi kita harus belajar. TQ